Sumber: Freepik

Kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA yang diberlakukan Kemendikbudristek per tahun ajaran 2024/2025 ini masih menuai pro dan kontra. Di satu sisi, kebijakan ini diharapkan dapat memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka tanpa terkotak-kotakkan dalam jurusan tertentu. Namun, di sisi lain, banyak pihak yang mempertanyakan kesiapan sekolah dan guru dalam menerapkan kurikulum baru ini, yang dikhawatirkan malah akan membuat siswa semakin bingung dalam memilih mata pelajaran yang sesuai.

Kebingungan ini diperparah dengan minimnya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan kepada pihak sekolah dan guru terkait implementasi kurikulum baru ini. Banyak guru yang merasa belum siap mengajar mata pelajaran di luar bidang keahlian mereka, dan belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini dikhawatirkan akan berakibat pada kualitas pembelajaran yang tidak optimal.

Selain itu, penghapusan jurusan ini juga dikhawatirkan akan menyulitkan siswa dalam memilih jurusan kuliah dan karir di masa depan. Pasalnya, banyak perguruan tinggi dan dunia kerja yang masih menggunakan sistem jurusan dalam penerimaan mahasiswa dan lowongan pekerjaan.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa kebijakan ini masih dalam tahap awal implementasi. Diperlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, guru, maupun orang tua, untuk memastikan kelancaran dan efektivitas penerapan kurikulum baru ini.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebingungan yang muncul terkait penghapusan jurusan SMA:

  • Pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang lebih gencar dan komprehensif kepada pihak sekolah, guru, dan orang tua tentang tujuan dan manfaat dari kebijakan ini, serta memberikan pelatihan yang memadai untuk membantu mereka dalam menerapkan kurikulum baru.
  • Sekolah perlu menyiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai untuk mendukung penerapan kurikulum baru ini, seperti menyediakan ruang kelas yang fleksibel, menyediakan buku teks dan materi pembelajaran yang sesuai, serta memastikan ketersediaan guru yang kompeten di berbagai bidang ilmu.
  • Guru perlu meningkatkan kompetensi mereka dengan mengikuti pelatihan dan pengembangan diri yang berfokus pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pedagogi yang sesuai dengan kurikulum baru.
  • Orang tua perlu memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak mereka dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan potensi mereka.

Penerapan kurikulum baru ini merupakan sebuah langkah besar dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa keberhasilannya sangat bergantung pada kerjasama dan komitmen dari semua pihak yang terlibat. Dengan sosialisasi, pelatihan, dan persiapan yang matang, diharapkan kebingungan yang muncul saat ini dapat diatasi dan kebijakan ini dapat membawa manfaat yang nyata bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.